Indonesia dinyatakan sebagai negara yang memiliki potensi besar dalam hal kekayaan energi panas bumi. Sebagaimana Indonesia biasanya, potensi ini belum dikembangkan dengan baik. Akses listrik di Indonesia saat ini hanya mencapai 65 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, yang jumlahnya lebih dari 250 juta jiwa.
Dengan jumlah tersebut, akses listrik tersebar di seluruh wilayah negara kepulauan. Hal ini tentunya masih belum cukup dan mengkhawatirkan, karena banyak daerah di Indonesia yang belum mendapatkan akses listrik secara baik. Milsanya, dusun Sungai Tengah, Jember, Jawa-Timur, yang selama bertahun-tahun hidup dalam kegelapan.
Dari keterangan yang diperoleh, dusun ini sangat kaya dengan sumber daya alam, namun listrik yang mereka dambakan tidak kunjung datang. Akibatnya, salah seorang warga pun berinisiatif dengan mencoba memanfaatkan aliran sungai antrokan menjadi sumber penghasil listrik. Slamet, salah seorang warga Sungai Tengah, bersama sang paman melakukan upaya tersebut.
Oleh sebab itu, sebagai langkah awal dalam mendorong pemanfaatan energi terbaru di Indonesia, Katherine Sierra, Wakil Ketua Jejaring Pembangunan Berkelanjutan pada Bank Dunia, melaporkan bahwa Indonesia memperoleh dana sebesar 400 juta dolar Amerika Serikat untuk pembangunan proyek energi panas bumi.
Biaya ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan akses daya hingga mencapai 90 persen penduduk pada 2020. Dana tersebut diberikan berdasarkan Kesepakatan Dana Iklim melalui program Dana Teknologi Bersih (CTF), yang disampaikan dalam pertemuan Forum Kemitraan Kedua Dana Iklim pada 18-19 Maret 2010.
Sampai tahun 2020 mendatang, diharapkan jumlah dana tersebut dapat mendorong Indonesia mengurangi karbon dengan cara mengalihkan penggunaan energi konvensional menjadi energi terbaru dan bersih. Selain mempertimbangkan potensi besar panas bumi, pemanfaatan panas bumi di Indonesia dipilih karena teknologinya mudah dan murah jika dibandingkan dengan pengolahan tenaga surya.
You might also like: